Selasa, 03 Mei 2016

Seni Peran melaju bersama Pendidikan Akademis

Biografi - Seni peran atau akting, bisa dibilang jalan berdampingan dengan pendidikan akademis saya. Itulah yang melatarbelakangi kenapa menjadi manager artis jadi pekerjaan sampingan saya, dengan harapan bisa berbagi dan terus belajar.


Operet
Dunia akting itu seru, setidaknya untuk saya. Sejak saya masih berusia 4 tahun, ketika itu saya paling sering mendapat tawaran akting di gereja kecil. Saya dulu penganut Kristen Protestan. Disitu tidak banyak dialog yang harus saya hafal. Pertunjukkan drama disertai monolog oleh pendeta setempat, dan kami memerankan tokoh yang disebutkan. Basicnya adalah sebuah kisah yang diambil dari Alkitab. Pada pertunjukkan drama tersebut, lebih cenderung operet, dimana diwarnai tari dan lagu. Seru, asyik dan dag dig dug aja saat giliran saya tampil. Dan alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar, bahkan standing applause kami dapatkan dari seluruh umat yang merayakan Natal saat itu, plus kerumunan warga kampung kecil kami yang turut menyaksikan aksi drama kami. Maklum, gereja ini memang ada di sebuah perkampungan.

Carnival
Ketika menginjak Sekolah Dasar, pendidikan seni peran juga kami dapatkan. Baik melalui karnaval HUT Kemerdekaan maupun acara sekolah diantaranya Drama tentang Perjuangan. Meski sudah banyak dialog, peran drama disini masih didominasi dengan seni gerak tari dan lagu, semacam operet atau cabaret.

Image Source : chicagoteaterbeat.com

Drama Panggung
Level pendidikan akting mulai sedikit meningkat sewaktu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada usia ini, saya sudah mulai dikenalkan teknik blocking panggung. Sementara untuk dialog, kami menggunakan fasilitas dubbing yang bekerjasama dengan sebuah radio lokal. Jadi produksinya memang sedikit rumit, dimana setiap kali manggung, kita harus siapin merekam dialog. Disitu nanti, akan dipoles dengan penambahan backsound effect. Radio ini adalah Radio Gabriel, yang dulu cukup populer dengan produksi sandiwara radionya. Setidaknya, sudah 4 drama berhasil saya pentaskan dulu ketika masih di SMP. Dan alhamdulillah, dari berbagai versi drama modern sampai tradisional (ketoprak), berhasil berjalan dengan baik hingga berkesan.

Teater

Dan seni peran dengan tingkat kesulitan tertinggi adalah ketika saya mengenyam pendidikan SMU. Teater ASAP adalah kegiatan eskul yang cukup diperhitungkan baik dalam lingkup propinsi maupun nasional. Tak jarang, gelar juara umum seringkali diraih, terutama di tingkat propinsi.

Dalam seni teater, kita tidak hanya dituntut untuk hafal skenario, melainkan harus bisa menyampaikan dialog kita dengan jelas, sesuai intonasi. Tehnik olah vokalnya belum tentu bisa dikuasai dalam waktu sehari dua hari. Kita harus berlatih setidaknya 3 bulan menjelang pementasan. Dan ini wajar, karena sebagai aktor teater, tidak ada peralatan penunjang seperti microphone.
Selain itu, kita juga belajar make up sendiri, dengan bahan seadanya, dan sesuai peran. Penguasaan emosi, blocking panggung, gesture, adalah bagian yang tak terpisahkan dari sebuah pementasan teater yang betul betul original. Alhamdulillah, saya mendapat 2 kali kesempatan pentas di sini. Karena ditahun berikutnya, tugas sebagai Ketua OSIS lebih membutuhkan saya.

Namun demikian, saya merasa beruntung dan bersyukur bisa menikmati pendidikan akting oleh tangan tangan emas seniman dan budayawan lokal. Mudah mudahan, esok lebih bermanfaat lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar